Tokoh-tokoh legendaris ini musti di acungin jempol deh
prestasinya di skala dunia. Keterlibatan mereka untuk mengharumkan nama bangsa
patut dibanggakan. Ini dia tokoh-tokoh legendaris pebulutangkis indonesia :
1. Rudy Hartono Kurniawan

Rudy Hartono Kurniawan (Hanzi: 梁海量,Nio
Hap Liang; translasi fonetik nama Indonesianya ke bahasa Tionghoa: 哈托诺 Hatuonuo) lahir di Surabaya, Jawa Timur, tanggal 18 Agustus 1949. Ia adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan
kejuaraan dunia pada tahun 1980, dan Kejuaraan All England selama 8 kali pada tahun 1960'an dan 1970'an.
2. Liem Swie King

Liem Swie King, lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956. Ia adalah seorang pemain bulu tangkis yang dulu selalu
menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 dalam
usianya yang ke-20. Kemudian Swie King menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan
paling bergengsi saat itu dengan tiga kali menjadi juara ditambah empat kali
menjadi finalis. Bila ditambah dengan turnamen "grand prix" yang
lain, gelar kemenangan Swie King menjadi puluhan kali. Swie King juga
menyumbang medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan enam kali
membela tim Piala Thomas. Tiga di antaranya
Indonesia menjadi juara.
Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orangtuanya di kota kelahiran Kudus, Swie King yang lahir 28 Februari 1956 akhirnya masuk ke dalam klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.
Usai menang di Pekan Olahraga Nasional saat berusia 17 tahun, akhir 1973, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Setelah 15 tahun berkiprah, Swie King merasa telah cukup dan mengundurkan diri pada tahun 1988. Saat aktif sebagai pemain, Liem terkenal dengan pukulan smash andalannya, berupa jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash. Ingat film Indonesia yang judulnya KING kan? Nah, film itu adalah inspirasi dari seorang tokoh Liem Swie King ini.
Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orangtuanya di kota kelahiran Kudus, Swie King yang lahir 28 Februari 1956 akhirnya masuk ke dalam klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.
Usai menang di Pekan Olahraga Nasional saat berusia 17 tahun, akhir 1973, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Setelah 15 tahun berkiprah, Swie King merasa telah cukup dan mengundurkan diri pada tahun 1988. Saat aktif sebagai pemain, Liem terkenal dengan pukulan smash andalannya, berupa jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash. Ingat film Indonesia yang judulnya KING kan? Nah, film itu adalah inspirasi dari seorang tokoh Liem Swie King ini.
3. Alan budikusuma

Alan Budikusuma Wiratama alias Goei Ren Fang lahir
di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 29 Maret 1968. Ia adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang meraih medali
emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. Ia pun akhirnya pensiun
dari dunia bulu tangkis setelah Olimpiade Atlanta 1996.
Alan menikah dengan Susi Susanti, yang juga memenangkan medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona. Yang bisa kita tiru dari seorang tokoh Alan Budi Kusuma adalah, ia merupakan atlet yang bisa belajar dari kekalahan. Contohnya tahun 1991 Alan Budi Kusuma kalah dari Ardy B. Wiranata di All England tapi di tahun 1992 Alan Budi kusuma mengalahkan Ardy B. Wiranata di Olimpiade Barcelona. Contoh lain di tahun 1996 Alan Kalah dari poul Eric H.L di Olimpiade Atlanta tapi di tahun yang sama Alan Budi kusuma mengalahkan Poul eric di Indonesia terbuka.
Alan menikah dengan Susi Susanti, yang juga memenangkan medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona. Yang bisa kita tiru dari seorang tokoh Alan Budi Kusuma adalah, ia merupakan atlet yang bisa belajar dari kekalahan. Contohnya tahun 1991 Alan Budi Kusuma kalah dari Ardy B. Wiranata di All England tapi di tahun 1992 Alan Budi kusuma mengalahkan Ardy B. Wiranata di Olimpiade Barcelona. Contoh lain di tahun 1996 Alan Kalah dari poul Eric H.L di Olimpiade Atlanta tapi di tahun yang sama Alan Budi kusuma mengalahkan Poul eric di Indonesia terbuka.
4. Tjun Tjun

Tjun Tjun ialah pemain bulu tangkis putra dari Indonesia yang terkenal sebagai
spesialis ganda pada tahun 1970-an. Di masa jayanya, ia berpasangan
dengan Johan Wahjudi, dan
berhasil beberapa kali memenangi kejuaraan bulu tangkis paling terhormat pada
masa itu, All England.
Pasangan Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan pasangan lainnya Christian Hadinata/Ade Chandramendominasi dunia ganda putra. Bersama dengan pemain tunggal Rudy Hartono dan Liem Swie King, tim Indonesia pada tahun hampir tidak terkalahkan antara 1970-1980 dan menjuarai setiap kejuaraan Thomas Cup.
Kakak Tjun Tjun, Liang Chiu Hsia (pinyin: Liang Qiu-xia) merupakan juara bulu tangkis putri di Tiongkok pada tahun 1960-an, sebelum akhirnya menjadi pelatih tim bulu tangkis putri Indonesia dan melatih Susi Susanti dan kawan-kawan memenangkan piala Uber.
Pasangan Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan pasangan lainnya Christian Hadinata/Ade Chandramendominasi dunia ganda putra. Bersama dengan pemain tunggal Rudy Hartono dan Liem Swie King, tim Indonesia pada tahun hampir tidak terkalahkan antara 1970-1980 dan menjuarai setiap kejuaraan Thomas Cup.
Kakak Tjun Tjun, Liang Chiu Hsia (pinyin: Liang Qiu-xia) merupakan juara bulu tangkis putri di Tiongkok pada tahun 1960-an, sebelum akhirnya menjadi pelatih tim bulu tangkis putri Indonesia dan melatih Susi Susanti dan kawan-kawan memenangkan piala Uber.
5. Arby B
Wiranata

Ardy Bernardus Wiranata, sering disebut dengan nama Ardi B.W. Lahir
di Jakarta, 10 Februari 1970. Ia adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1990-an,
juara Indonesia Terbuka 6 kali dan peraih Medali Perak Olimpiade Barcelona 1992.
Ia adalah salah satu pebulu tangkis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Ardy meraih Medali Perak di Olimpiade Barcelona 1992 setelah di final kalah dari Alan Budikusuma yang juga pemain Indonesia. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan PB DjarumSetelah berhenti sebagai pemain bulu tangkis, Ardy memfokuskan diri menjadi pelatih bulu tangkis.
Ardy meraih Medali Perak di Olimpiade Barcelona 1992 setelah di final kalah dari Alan Budikusuma yang juga pemain Indonesia. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan PB DjarumSetelah berhenti sebagai pemain bulu tangkis, Ardy memfokuskan diri menjadi pelatih bulu tangkis.
6. Susi
Susanti

Lucia Francisca Susi
Susanti (Hanzi: 王蓮香, Pinyin: Wang Lian-xiang), lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971. Ia adalah seorang pemain bulu tangkis putri Indonesia.
Dia menikah dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, ia pernah juga meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996. Pasangan Alan dan Susi memiliki 3 orang anak yang bernama Laurencia Averina (1999), Albertus Edward (2000), dan Sebastianus Frederick (2003). International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan,Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.
Dia menikah dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, ia pernah juga meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996. Pasangan Alan dan Susi memiliki 3 orang anak yang bernama Laurencia Averina (1999), Albertus Edward (2000), dan Sebastianus Frederick (2003). International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan,Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.
7. Mia
Audina

Mia Audina Tjiptawan (Hanzi: 張海麗, Pinyin: Zhang Haili), lahir di Jakarta, Indonesia, pada tanggal 22 Agustus 1979.
Ia adalah seorang mantan pemain bulu tangkis putri Indonesia. Ia merupakan peraih
medali perak Olimpiade Atlanta
1996 dan Athena 2004.
Ia memperkuat Tim Piala Uber Indonesia saat masih berumur 14 tahun dan menjadi anggota Tim Piala Uber termuda sepanjang sejarah bulu tangkis. Mia mendapat julukan "Si Anak Ajaib" karena menjadi pemain penentu kemenangan Indonesia saat menjuarai Piala Uber 1994 dan 1996. Mia memperoleh medali perak Olimpiade Atlanta 1996 setelah di final dikalahkan Bang Soo-Hyun, pemain andalan Korea Selatan.
Pada tahun 1999 Mia menikah dengan Tylio Arlo Lobman, seorang penyanyi gospel asal Suriname berkebangsaan Belanda. Ia kemudian menetap dan menjadi warga negara Belanda dan mulai mewakili Belanda dalam berbagai pertandingan.
Ia memperkuat Tim Piala Uber Indonesia saat masih berumur 14 tahun dan menjadi anggota Tim Piala Uber termuda sepanjang sejarah bulu tangkis. Mia mendapat julukan "Si Anak Ajaib" karena menjadi pemain penentu kemenangan Indonesia saat menjuarai Piala Uber 1994 dan 1996. Mia memperoleh medali perak Olimpiade Atlanta 1996 setelah di final dikalahkan Bang Soo-Hyun, pemain andalan Korea Selatan.
Pada tahun 1999 Mia menikah dengan Tylio Arlo Lobman, seorang penyanyi gospel asal Suriname berkebangsaan Belanda. Ia kemudian menetap dan menjadi warga negara Belanda dan mulai mewakili Belanda dalam berbagai pertandingan.
8. Tan Joe Hok

Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara (Hanzi: 陈甲亮, Pinyin: Chén Jiǎliàng) dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, tanggal 11 Agustus 1937 adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1960-an.
Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih
medali emas Asian Games. Selain itu, Ia bersama
enam pebulu tangkis Indonesia lainnya merebut Piala Thomas untuk pertama
kalinya. Pada masanya, Tan Joe Hok mempunyai nama besar sebagai atlet
kebanggaan Indonesia karena prestasinya mengharumkan nama bangsa.
Tan Joe Hok bersama dengan Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin merupakan perintis Tim Thomas Indonesia yang dikenal sebagai “tujuh pendekar" bulu tangkis tanah air. Mereka berhasil menjuarai Piala Thomas 1958 setelah menaklukkan juara bertahan Malaysia (dahulu bernama Malaya) dalam babak penantangan (chalenge round) dengan skor 6-3 di Singapore Badminton Hall,Singapura (dahulu merupakan bagian negara Malaya). Dalam perebutan Piala Thomas tersebut, Tan Joe Hok bermain sebagai pemain tunggal sekaligus pemain ganda (berpasangan dengan Lie Poo Djian).
Setelah pensiun dari pemain bulu tangkis, Tan Joe Hok sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hongkong. Ia bergabung menjadi pelatih PB Djarum tahun 1982 dan merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta.
Ia kemudian diangkat menjadi pelatih pelatnas Piala Thomas 1984 dan berkat bimbingannya Tim Bulu Tangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 1984 dengan munundukkan China. Atas prestasinya SIWO/ PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik 1984.
Tan Joe Hok bersama dengan Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin merupakan perintis Tim Thomas Indonesia yang dikenal sebagai “tujuh pendekar" bulu tangkis tanah air. Mereka berhasil menjuarai Piala Thomas 1958 setelah menaklukkan juara bertahan Malaysia (dahulu bernama Malaya) dalam babak penantangan (chalenge round) dengan skor 6-3 di Singapore Badminton Hall,Singapura (dahulu merupakan bagian negara Malaya). Dalam perebutan Piala Thomas tersebut, Tan Joe Hok bermain sebagai pemain tunggal sekaligus pemain ganda (berpasangan dengan Lie Poo Djian).
Setelah pensiun dari pemain bulu tangkis, Tan Joe Hok sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hongkong. Ia bergabung menjadi pelatih PB Djarum tahun 1982 dan merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta.
Ia kemudian diangkat menjadi pelatih pelatnas Piala Thomas 1984 dan berkat bimbingannya Tim Bulu Tangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 1984 dengan munundukkan China. Atas prestasinya SIWO/ PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik 1984.
9. Rexy
Mainaky

Rexy
Ronald Mainaky dilahirkan
di Ternate, Maluku Utara, tanggal 9 Maret 1968. Ia adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Bersama
dengan Ricky Subagja, Ia merebut medali emas Olimpiade Atlanta 1996. Setelah pensiun, Ia menjadi pelatih
bulu tangkis, dan saat ini menjadi pelatih di Malaysia.
10. Icuk Sugiarto

Icuk Sugiarto, dilahirkan di Solo, Jawa Tengah,pada tanggal 4 Oktober 1962. Ia adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra bulu tangkis
Indonesia bersama Liem Swie King, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Kartono, dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia di era 1980-an bersama pemain -
pemain bulu tangkis Indonesia yang
lainnya. Ia sekarang menjadi salah satu staf ahli menpora di eranya SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.
11. Ivana
Lie

Ivanna Lie
Ing Hoa, dilahirkan di Bandung, Jawa Barat,pada
tanggal 7 Maret 1960. Ia adalah pemain bulu tangkis Indonesia era
1980-an. Sederet prestasi telah ia persembahkan, baik di
sektor tunggal maupun sektor ganda. Juara Indonesia Terbuka, Juara China
Terbuka, serta Sea Games Tahun 1979 dan 1983, Juara Taiwan Open 1982 dan 1984,
Runner Up Kejuaraan dunia 1980 dan kejuaraan lainnya. 27 Agustus 2013 lalu,
Ivana Lie menerima penghargaan “Legend Badminton Women” yang diberikan oleh Pena Tanah Air
Citra Media Indonesia.
12. Chandra
Wijaya

Rafael Candra Wijaya, lahir di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 16 September 1975. Ia adalah seorang pemain bulu tangkis terkenal Indonesia, peraih medali emas
Olimpiade 2000. Ia adalah salah seorang pemain ganda putra terbaik yang pernah
dimiliki oleh Indonesia. Candra berhasil merebut berbagai gelar juara dengan
banyak pasangan baik di ganda putra maupun ganda campuran. Pemain-pemain yang
pernah berpasangan dengannya adalah Ade Sutrisna, Sigit Budiarto, Tony Gunawan, Nova Widianto, Eliza Nathanael, dan Jo Novita.
Candra Wijaya besar dan tumbuh dalam keluarga pemain bulu tangkis. Ayahnya, Hendra Wijaya, adalah mantan pemain bulu tangkis sekaligus pemilik klub bulu tangkis Rajawali di Cirebon. Kakaknya, Indra Wijaya, adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia dan pernah memperkuat Tim Piala Thomas Indonesia 1996 dan 1998. Adiknya, Rendra Wijaya dan Sandrawati Wijaya, juga menjadi pemain bulu tangkis.
Ia mulai berlatih bulu tangkis sejak berumur 12 tahun di Klub Rajawali. Ia kemudian pindah ke Jakarta untuk berkarier di bulu tangkis dan bergabung dengan klub Pelita Bakrie sebelum akhirnya pindah ke klub Jaya Raya. Suami dari Caroline Indriani ini telah dipercaya untuk memperkuat Tim Piala Thomas sebanyak 7 kali (1998, 2000, 2002, 2004, 2006, dan 2008) serta Tim Piala Sudirman sebanyak 6 kali (1997, 1999, 2001, 2003, 2005, dan 2007)
Candra Wijaya besar dan tumbuh dalam keluarga pemain bulu tangkis. Ayahnya, Hendra Wijaya, adalah mantan pemain bulu tangkis sekaligus pemilik klub bulu tangkis Rajawali di Cirebon. Kakaknya, Indra Wijaya, adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia dan pernah memperkuat Tim Piala Thomas Indonesia 1996 dan 1998. Adiknya, Rendra Wijaya dan Sandrawati Wijaya, juga menjadi pemain bulu tangkis.
Ia mulai berlatih bulu tangkis sejak berumur 12 tahun di Klub Rajawali. Ia kemudian pindah ke Jakarta untuk berkarier di bulu tangkis dan bergabung dengan klub Pelita Bakrie sebelum akhirnya pindah ke klub Jaya Raya. Suami dari Caroline Indriani ini telah dipercaya untuk memperkuat Tim Piala Thomas sebanyak 7 kali (1998, 2000, 2002, 2004, 2006, dan 2008) serta Tim Piala Sudirman sebanyak 6 kali (1997, 1999, 2001, 2003, 2005, dan 2007)
13.Verawaty Fajrin

Verawaty Wiharjo dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1957. Ia adalah pemain bulu tangkis terkenal Indonesia era tahun 1980an. Ia
berhasil meraih banyak gelar juara baik di nomor tunggal putri, ganda putri,
dan ganda campuran. Pemain-pemain yang pernah berpasangan dengannya
adalah Imelda Wigoena, Ivanna Lie, Yanti Kusmiati, Bobby Ertanto, dan Eddy Hartono.
Verawaty Wiharjo kemudian dikenal dengan nama Verawaty Fajrin setelah memeluk agama Islam pada bulan April 1979. Nama Fajrin di belakang namanya diambil dari nama suaminya, Fajrin Biduin Aham.
Verawaty Wiharjo kemudian dikenal dengan nama Verawaty Fajrin setelah memeluk agama Islam pada bulan April 1979. Nama Fajrin di belakang namanya diambil dari nama suaminya, Fajrin Biduin Aham.
14. Hariyanto Arby

Hariyanto Arbi (lahir di Kudus, Jawa Tengah, 21 Januari 1972; umur 40 tahun) adalah pemain bulu tangkis tunggal
putra Indonesia. Jebolan PB Djarum ini mempunyai
julukan Smash 100 Watt dan aktif bermain di era 1990an, terutama dari tahun 1990 sampai tahun 1996. Setelah pensiun ia menggeluti dunia bisnis peralatan
olahraga bulu tangkis Flypower.
15. Taufik
Hidayat

Taufik Hidayat dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 10 Agustus 1981.Walau
di usianya yang sudah memasuki kepala 3, ia tetap menjadi pujaan para penggemar
bulu tangkis di Indonesia. Gelar demi gelar pun ia sumbangkan. Tahun 2004, ia
berhasil merebut medali emas olimpiade. Selain itu, dia juga telah enam kali menjuarai Indonesia Terbuka pada tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006.Walaupun Taufik Hidayat
tak pernah bergelar di All England, tetapi Taufik Hidayat pernah menjadi
pebulutangkis nomor 1 dunia. Tidak hanya itu, Taufik Hidayat pun pernah
dijuluki sebagai backhand paling mematikan di dunia yang kecepatannya bisa
mencapai 260 km/h. Pertandingan terakhirnya adalah saat di Indonesia Open 2013
lalu.
Nah brow, mereka adalah pemain bulu tangkis yang pernah
mengharumkan nama bangsa kita, Indonesia. Kita patut bangga dengan mereka yang
telah mengukir prestasi-prestasi untuk negeri kita ini. Sekarang,
generasi-generasi peneruslah yang wajib untuk meneruskan perjuangan para
atlet-atlet bangsa terdahulu. Buat yang bercita-cita menjadi pebulu tangkis
profesional, ayo..rajinlah berusaha, karena dimana ada kemauan, disitu pun ada
jalan. Tentunya harus dilandasi dengan usaha dan kerja keras yang cukup. Salam
bulutangkis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar